Yang Pertama

Ini cerpen jadul , maklumlaaah pertama kali saya bikin cerpen , ya ini ‘opor ayam untuk ibu ….’ jadi pasti isinya banyak kata-kata rombeng yang mungkin harusnya di delete aja kalau masih nyempil di folder harddisk , hehe . tapi kan , demiapapun saya bangga kok sama cerpen ini . cerpen jelek yang dulu pernah jadi cerpen pertama yang saya buat dan menjadikan saya salahsatu pemenang lomba ‘ecek-ecek’ di SD , haha:D buat yang rela buang-buang waktunya membaca cerpen ini , makasih deh yaaaa . sesuatu . let’s see !

Idul fitri memang tinggal menghitung jari, begitu juga dengan Rani yang sedang menghitung beberapa lembar uang yang ia dapat dari Paman dan Ibu nya. Ia bermaksud memakai uang tersebut untuk membeli baju idamannya untuk lebaran nanti di sebuah toko baju di pasar dekat rumahnya. Suara adzan dari sebuah mesjid di ujung gang kampung rani mengalun tenang. Sore kali ini terasa lebih cepat dari biasanya, dan seperti biasa rani dan teman-temannya pun melaksanakan tadarusan di mesjid tersebut sambil “ngabuburit” katanya. Rani sedang bersiap-siap menuju mesjid, tak lupa ia pun berpamitan terlebih dahulu kepada ibunya yang sedang terbaring lemah di atas sebuah kasur tanpa alas. Ibu rani memang sedang sakit parah, bahkan puasanya pun tidak semuanya tamat karena penyakitnya itu. Usai bertadarus, Rani bergegas untuk pulang. Ia pulang sangat bersemangat sekali dengan membawa 2 bungkus serabi kesukaan ibunya untuk berbuka puasa bersama. Sesampai di rumah, Rani tidak langsung masuk kerumahnya. Ia langsung mengambil air sumur di samping rumahnya dan menyiram tanaman. Rani baru sadar kalau ibu nya tengah kedatangan tamu. Ia segera masuk ke ruang tamu untuk melihat siapa yang menjenguk ibu nya itu. Belum sampai ia membuka pintu, ia menguping pembicaraan ibunya dengan ibu nani, tetangganya. “ lho… bu Asmi, itu uang untuk apa???“ tanya bu Nani yang melihat bu asmi mengepal uang seribuan di tangannya. “oh, ini untuk membuat opor ayam, Bu!“ jawab bu asmi tenang dengan suara parau yang di sertai batuk berdahak. “ opor ayam??? Bukankah uang itu kurang? Malah untuk membeli bumbunya saja menurut saya masih kurang, apa opor nya tidak pakai ayam??“ “ hm… saya, sedang mengumpulkan uang. Entah kenapa, saya ingin sekali makan opor ayam di lebaran tahun ini. dan saya juga belum pernah membuatkan rani opor ayam.” ” kalau ibu mau, ibu bisa datang ke rumah saya, kebetulan saya membuat banyak opor ayam untuk hari raya nanti.” tawar bu nani yang iba melihat bu Asmi ” terima kasih, Bu! Tapi saya mau berusaha dulu.” jelas bu Asmi ” saya mengerti, Bu!” bu Nani tersenyum mendengar penjelasan bu Asmi Sedangkan di luar, Rani hanya bisa menangis mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ibu nya, entah kenapa hatinya merasa iba dan bersalah mendengar itu semua.. ”Masih pantskah Aku membeli baju baru?” Fikir Rani menyesali diri. ” ya sudah, Bu! saya pamit dulu.. sebentar lagi maghrib, saya harus siap-siap untuk berbuka puasa. Assalamualaikum!” pamit bu Nani yang langsung bergegas untuk pulang. Cepat-cepat Rani menghapus air matanya dan kembali menyiram bunga pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. “ waalaikumsalam…….“ jawab bu Asmi yang masih tetap terbaring di atas kasur. Rani tersenyum manis mengantar kepergian bu Nani dan segera menghampiri ibunya. “ eh, Rani… sudah pulang?“ tany bu Asmi sambil mencium kening putrinya, Rani hanya mengangguk pelan dan tersenyum pilu menatap ibu nya. “ ya sudah, ayo siapkan makanan untuk buka puasa, sebentar lagi maghrib.“ “ ini untuk ibu!“ ucap Rani memberikan bungkusan surabi untuk ibunya. “ terima kasih nak…!“

_***_

Hari raya idul fitri tinggal 2 hari lagi, tapi Rani belum juga membelikan uang nya dengan baju idamannya. Ia sadar, kalu saat ini baju yang ia inginkan di sebuah toko dekat rumahnya sudah terjual. Tapi, ia masih teringat akan kata-kata ibunya waktu itu. Satu sisi, ia ingin membeli baju baru, tapi di sisi yang lain ia ingin sekali membahagiakan ibunya yang sedang terbaring tak berdaya. Bahkan, di saat menjelang hari lebaran pun sakitnya makin parah. Karena ingin membahagiakan ibunya di hari lebaran nanti, raniu pun bermaksud membuatkan opor ayam untuk ibunya dari uang yang akania belikan untuk baju lebaran nanti. Dalam hal ini, rani meminta bantuan pada bu nani yang pandai membuat opor ayam. Dengan senang hati, bu nani pun menerima permintaan dari rani, ”ran, agar menjadi kejutan untuk ibumu, datanglah kerumah ibu shubuh nanti setelah takbiran. Nah, sekarang belilah bumbu-bumbu ini di pasar.” ucap bu nani monyodorkan secarik kertas yang berisi bahan-bahan untuk membuat opor ayam.

_***_

Malam hari nya, Rani meminta izin pada ibunya untuk pergi ke mesjid untuk takbiran keliling bersama teman-teman nya. ”jangan lama-lama ya, Nak! ” ”iya…. tapi, ibu jangan jemput rani yah?” ”memangnya kenapa??” ”mm… itu, anu… mm… rani kan mau takbiran keliling. Pastinya rani pulang shubuh nanti…. assalamu’alaikum!” gugup rani yang langsung melesat meninggalkan rumahnya. Ibu nya yang tak tahu apa yang terjadi hanya tersenyum meluhat tingkah konyol putrinya. Seperti yang di katakan bu Nani, sehabis tekbiran keliling Rani pergi ke rumah bu nani. Mereka segera membuat opor ayam nya. Sambil membuat bumbu opor, tak terasa rani pun meneteskan air mata, sekarang ia tak lagi memikirkan baju barunya. Yang ada di fikirannya sekarang adalah senyuman bangga ibunya ketika mencicipi opor ayam nya. ” bu nani, apakah opor ayam ini lezat? Menurut bu nani, ibu suka tidak ya?” tanya rani pada bu nani. ” insya allah, Nak! Kalau hati mu ikhlas, opor ayam ini akan sangat lezat. Dan ibumu pasti akan menyukainya…” jawab bu nani yang juga terharu melihat rani. Rani tersenyum mendengar kata-kata bu nani. ”semoga saja, bu…..” batin rani. Opor ayam sudah hampir matang, rani membersihkan dapur bu nani dan mempersiapkan magkuk untuk opor ayamnya nanti. ”Ran, lihat lah…. opor ayam nya sudah matang, cepat bawa mangkuk nya kesini!” teriak bu nani girang. ”baik bu….” tak kalah girangnya, rani pun berlari menghampiri bu nani. Opor ayam pun sudah siap, rani segera membawa nya kerumahnya. Tak lupa, sebelum pulang ia mengucapkan banyak terima kasih pada bu nani. Hari sudah siang, kira-kira pukul 5 rani baru sampai di rumahnya. ”ibu….ibu….” teriak rani dari luar ”ibu kemana ya? Padahal orang-orang sudah bersiap-siap sholat ied….” rani terus mencari ibu nya, dan alangkah terkejut nya rani saat ia menemukan ibunya tergeletak di dekat lemari makan mereka. Rani berlari merangkul ibunya dan tak sengaja ia pun menjatuhkan opor ayam yang semalaman ia buat dengan susah payah. Ia tak tahu apa yang sedang ibunya lakukan sebelum jatuh pingsan.

_***_

Lima hari setelah lebaran, rani berjalan gontai menghampiri kuburan yang masih basah dan penuh dengan bunga melati, rani tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini. Rani hanya bisa menangis di atas kuburan itu, dan berharap ibu nya mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya. Tapi, yang lebih membuat hati rani menangis tak lain adalah opor ayam yang masih tersaji utuh di didalam lemari makan mereka. Itulah opor ayam pertama dan terakhir yang pernah di buat ibunya untik rani, air mata pun kembali mengalir.

Categories: Uncategorized | 6 Komentar

Navigasi pos

6 thoughts on “Yang Pertama

  1. penggemarmu

    eh poertamax gan,, hahah

  2. Aldi Jrs

    males baca na,, hahaha,,,,
    :-p

  3. Aldy tea

    hahaha,, pundung,,, abang mach males bca2,,

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.